BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Komunikasi
adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk
menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah
berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah
proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis
yang maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien
terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan
distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan
pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam
mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan
sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu.
Komunikasi
adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non verbal
dari informasi dan ide. Kominikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga
pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry,
301 ). Dalam melakukan komunikasi tiap pasien mempunyai tingkat kesulitan
masing-masing. Contohnya pada pasien dengan gangguan pendengaran tentu saja
akan berbeda jika dibandingkan dengan pasien biasa.Oleh karena itu, kami akan
mengangkat topik mengenai komunikasi terhadap klien dengan gangguan
pendengaran.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa yang di maksud komunikasi ?
2.
Apa yang di maksud komunikasi terapeutik ?
3.
Apa tujuan komunikasi terapeutik ?
4.
Apa fase – fase
dalam komunikasi terapeutik ?
5.
Apa factor –
factor yang penghambat komunikasi?
6.
Apa teknik – teknik komunikasi terapeutik yang dapat
di gunakan?
7.
Apa sikap
komunikasi terapeutik?
8.
Apa yang di maksud komunikasi non verbal ?
9.
Bagaimana komunikasi pada klien dengan
gangguan pendengaran ?
10. Apa hal-hal
yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien gangguan
pendengaran?
11. Apa
tehnik-tehnik komunikasi yang dapat digunakan untuk berkomunikasi pada klien
dengan gangguan pendengaran ?
1.3 Tujuan
Masalah
1.
Mahasiswa
dapat mengetahui apa yang di maksud komunikasi.
2.
Mahasiswa
dapat mengetahui yang di maksud komunikasi terapeutik .
3.
Mahasiswa
dapat mengetahui tujuan komunikasi terapeutik.
4.
Mahasiswa
dapat mengetahui fase – fase
dalam komunikasi terapeutik.
5.
Mahasiswa
dapat mengetahui factor –
factor yang penghambat komunikasi.
6.
Mahasiswa
dapat mengetahui teknik – teknik komunikasi terapeutik yang dapat
di gunakan.
7.
Mahasiswa
dapat mengetahui sikap
komunikasi terapeutik.
8.
Apa yang di maksud komunikasi non verbal.
9.
Bagaimana komunikasi pada klien dengan
gangguan pendengaran.
10. Apa hal-hal
yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien gangguan pendengaran.
11. Apa
tehnik-tehnik komunikasi yang dapat digunakan untuk berkomunikasi pada klien
dengan gangguan pendengaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian Komunikasi
Menurut Depkes RI tahun 2001 komunikasi adalah suatu
proses menyampaikan pesan yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang
bertujuan untuk menciptakan persamaan pikiran antara pengirim dan penerima
pesan. Menurut Dale Yoder dkk,kata communications berasal dari sumber yang sama
seperti kata common yang berarti bersama,bersama-sama dalam membagi ide.
Berdasarkan tempatnya komunikasi bisa terjadi dimana
saja. Baik dalam kehidupan sehari-hari (komunikasi informal) hingga komunikasi
yang bersifat resmi (komunikasi formal).Dunia kesehatan juga tidak lepas dari
komunikasi. Komunikasi di dunia kesehatan bisa terjadi sesama rekan kerja, perawat
dengan klien maupun sebaliknya.
Komunikasi yang terjadi di dunia kesehatan sering juga
disebut dengan komunikasi secara terapeutik. Komunikasi terapeutik sendiri
maksudnya adalah komunikasi yang dilakukan secara sadar,bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Dalam melakukan komunikasi tiap pasien mempunyai
tingkat kesulitan masing-masing. Contohnya pada pasien dengan gangguan
pendengaran tentu saja akan berbeda jika dibandingkan dengan pasien biasa. Dibutuhkan
teknik khusus untuk membangun kepercayaan antara pasien dengan perawat.
2.2Komunikasi Terapeutik
Komunikasi
adalah pengiriman atau tukar menukar informasi, ide dan sebagainya ( Oxford
Dictionary, 1956 ).
Komunikasi
terapeutik adalah hubungan perawat-klien yang harmonis sehingga perawat dapat
merubah prilaku klien untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (stuart
& sunden).
Komunikasi terapeutik
adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari
klien. Proses memfokuskan pada klien namun direncenakan dan di pimpin oleh
seorang professional ( Keltner, Schwecke, dan Bostrom 1991)
a. Tujuan
Tujuan komunikasi terapeutik adalah :
1.
Membantu
pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal
yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
b. Fase – fase
dalam komunikasi terapeutik
Fase komunikasi terapeutik
dalam hubungan perawat pasien terdiri dari 3 fase yaitu :
a. Fase preinteraksi
o Gali perasaan, fantasi dan rasa takut dalam diri sendiri
o Analisis kekuatan dan keterbatasan professional diri sendiri
o Kumpulkan data tentang pasien jika memungkinkan
o Rencanakan untuk pertemuan pertama dengan pasien
b. Fase perkenalan / orientasi
o Tetapkan alasan pasien untuk mencari bantuan
o Bina rasa percaya
o Gali pikiran, perasaan, dan tindakan – tindakan pasien
o Identifikasi masalah pasien
o Tetapkan tujuan dengan pasien
o Rumuskan bersama kontrak yang bersifat saling menguntungkan
c. Fase kerja
o Gali stressor yang relevan
o Tingkatkan pengembangan penghayatan dan penggunaan mekanisme koping pasien
yang konstruktif
d. Fase terminasi
o Bina realitas tentgang perpisahan
o Tinjau kemajuan terapi dan pencapaian tujuan – tujuan
o Gali secara timbal balik perasaan penolakan
c. Factor –
factor penghambat komunikasi
a.
Kecakapan
yang kurang dalam berkomunikasi. Kurang cakap berbicara ( terutama di depan
umum ), berbicara tersendat – sendat, menyebabkan pendengar menjadi jengkel dan
tidak sabar.
b.
Sikap yang
kurang tepat. Seorang guru yang sedang mengajar di depan kelas, sambil duduk
diatas meja akan memberi kesan kurang baik bagi siswanya.
c.
Kurang
pengetahuan. Seorang yang kurang pengetahuannya jarang membaca atau
mendengarkan radio atau televisi. Akan mengalami kesulitan dalam mengikuti
pembicaraan orang lain.
d.
Kurang
memahami system social.
e.
Prasangka
yang tidak beralasan.
f.
Jarak fisik,
komunikasi menjadi kurang lancer bila jarak antara komunikator dengan reseptor
berjauhan.
g.
Tidak ada
persamaan persepsi.
h.
Indera yang
rusak.
i.
Berbicara
yang berlebihan. Berbicara berlebihan sering kali akan mengakibatkan
penyimpangan dari pokok pembicaraan.
j.
Mendominir
pembicaraan, dan lain sebagainya.
d. Tehnik – tehnik komunikasi terapeutik
Menurut
Wilson, Kneils, Stuart & sundeen tehnik-tehnik komunikasi dibagi :
- Mendengarkan
Perawat
berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan klien
berupaya untuk memahami perasaan klien sikap yang dibutuhkan adalah pandang
klien saat sedang bicara, tidak menyilangkan kaki dan tangan, hindari gerakan
yang tidak perlu, condongkan tubuh kearah lawan bicara, anggukan kepala jika
klien membicarakan hal yang penting atau memerlukan umpan balik.
2.
Menunujukkan
penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui, menerima berarti bersedia mendengarkan
orang lain tanpa menunjukkan ketidak setujuan atau keraguan. Perawat harus
waspada terhadap ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menyatakan tidak setuju,
seperti mengerutkan kening, menggeleng, yang menyatakan tidak setuju. Sikap yang
dibutuhkan adlah mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan, umpan balik
memastikan isyarat non verbal, cocok dengan komunikasi verbal, menghindari
perdebatan.
- Broad opening
Perawat memberi beberapa pertanyaan yang memungkinkan klien mengungkapkan
perasaannya.
4.
Mengulang (
Restarting )
Melalui pengulangan kembali
kata – kata klien, perawat memberi umpan balik bahwa ia mengerti dan berharap
komunikasi dilanjutkan.
5.
Klarifikasi
Menjelaskan kembali ungkapan pikiran yang dikemukakan klien yang kurang
jelas bagi perawat agar tidak terjadi salah pengertian.
6.
Mengarahkan
pembicaraan
Perawat
membantu klien untuk memfokuskan pembicaraan agar lebih spesifik atau terarah.
Tujuannya membatasi pembicaraannya. Hal yang perlu diperhatikan jangan
memutuskan pembicaraan. Tehnik ini biasanya digunakann untuk mendapat data /
informasi tentang suatu masalah.
7.
Membagi
persepsi
Perawat
mengungkapkan persepsinya tentang pasien dan meminta umpan balik dari pasien.
8.
Refleksi
Perawat
mengulang kembali apa yang dibicarakan klien untuk menunjukkan kalau perawat
mendengar dan mengerti apa yang dibicarakan klien. Refleksi ini memberi
kesempatan kepada klien untuk memahami sikap dan perasaannya sendiri. Keraguan
– keraguan diungkapkan oleh orang lain
dengnan caranya sendiri. Tehnik ini digunakan untuk mengungkapkan agar
masalahnya menjadi lebih jelas.
9.
Identifikasi
tema
Perawat
mengidentifikasin informasi yang disampaikan klien selama percakapan di
ekspresikan ke dalam masalah klien dan bagaimana pemecahannya.
- Diam ( Silence )
Diam akan
memberi kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya.
Penggunaan metoda ini memerlukan keterampilan dan ketepatan waktu jika tidak akan menimbulkan perasaan tidak enak.
Diam menggungkapkan klien berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
- Memberi informasi
Perawat
berupaya memberi fakta untuk meningkatkan pengetahuan klien.
- Saran
Merupakan
tehnik komunikasi yang baik bila digunakan pada waktu yang tepat dan
konstruktif.
- Memberikan penghargaan
Penghargaan
janganlah sampai menjadi beban dalam arti jangan sampai klien berupaya keras
dan melakukan segala – galanya demi untuk mendapatkan persetujuan atau pujian
atas perbuatannya. Memberikan salam kepada klien dengan menyebutkan namanya menghargai
klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas
dirinya sendiri sebagai individu.
- Memberi kesempatan untuk memulai pembicaraan
Memberi
kesempatan kepada klien untuk
berinisiatif dalam memilih topic pembicaraan untuk klien yang ragu –
ragu dan tidak pasti tentang perasaannya. Dalam interaksi ini perawat dapat
menstimuluskan untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka
pembicaraan.
- Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini mem berikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh
pembicaraan. Tehnik ini juga mengindikasikan bahwa perawat mengikuti apa yang
sedang dibicarakan dan tertarik apa yang akan dibicarakan selanjutnya.
16. Meringkas
Meringkas
dan pengulangan ide utama yang telah di komunikasikan secara singkat metode ini
bermanfaat untuk mengingat topic – topic yang telah dibahas sebelum meneruskan
pembicaraan selanjutnya.
e.
Sikap komunikasi terapeutik
Sikap komunikasi terapeutik
adalah :
a. Berhadapan (Arti dari posisi ini adalah “
saya siap untuk anda “).
b. Mempertahankan kontak mata ( Kontak mata
pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk
tetap berkomunikasi).
c. Membungkuk kearah klien. (Posisi ini
menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu).
d. Mempertahankan sikap terbuka ( Tidak melipat kaki atau tangan, menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi) .
e. Tetap rileks (Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam
memberi respon pada klien) .
f.
Komunikasi non verbal :
a.
Isyarat
vocal
b.
Isyarat
tindakan
c.
Isyarat
objek
d.
Sentuhan
Dimbley dan
Burton ( 1992 ) mengatakan bahwa bahasa tubuh mempunyai beberapa unsur :
1. Gerak tubuh
Ketika
berbicara orang membuat gerakan dengan tangan mereka, beberapa orang lebih
banyak membuat gerakan tangan ini dibandingkan beberapa orang lainnya.
2.
Ekspresi
wajah
Dari
ekspresi wajah dapat dilihat seseorang mendengar merasa senang, bingung, atau
terganggu akan dapat dikenali dengan mengamati mata dan mulutnya.
3.
Pandangan
Pandangan
terkoordinasi sangat erat dengan bicara, pembicaraan biasanya mendengar sebelum
ia memutus tata bahasa dan terutama sebelum berakhir perkataan.
4.
Postur
Cara tubuh
ditopang memberi petunjuk umum tentang kepercayaan diri, perhatian, kebosanan,
konfrontasi dan reaksi – reaksi spesifik lainnya.
5. Jarak tubuh
dan kedekatan
Orang
membutuhkan ruang tertentu disekeliling mereka, agar mereka merasa nyaman dan
kebutuhan ini berbeda – beda tergantung pada usia, jenis kelamin dan budaya.
6.
Sentuhan
Menunjukkan banyak hal tentang sifat hubungan dan derajat persahabatan
diantara dua orang. Sentuhan adalah sebuah pembawa pesan yang ampuh seperti
yang dikenai oleh para kekasih, teman, saudara dan korban pelecehan atau
kekerasan seksual.
7. Pakaian
Cara dan
jenis pakaian, rambut perhiasan dan merias wajah berbicara banyak tentang
kepribadian, peran, pekerjaan, status dan suasana hati seseorang.
2.3Komunikasi
Pada Klien dengan Gangguan Pendengaran
Gangguan
pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga tuli. Bentuk tuli
yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tuli konduktif. Tuli
perspektif adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf, sedangkan
tuli konduktif terjadi akibat kerusakan struktur panghantar rangsang suara.
Gangguan
pendengaran dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :
1.
Conductive hearing Loss, disebabkan oleh masalah yang
terjadi pada telinga luar atau tengah dan berkaitan dengan masalah penghantaran
suara.Kemungkinan penyebab bisa dari tertumpuknya earwax atau kotoran telinga,
infeksi atau pertumbuhan telinga bagian luar, adanya lubang pada gendang
telinga, penyakit yang disebut dengan otosklerosis (yang menyebabkan rangkaian
tulang-tulang pendengaran menjadi kaku dan tidak dapat bergetar) atau faktor
keturunan. Conductive hearing loss biasanya bisa disembuhkan secara medis,
namun bila tidak dapat maka alat bantu dengar biasanya dapat membantu
mengatasinya.
2.
Sensorineural hearing loss, ini adalah istilah untuk
menggambarkan adanya masalah pada telinga bagian dalam, baik di cochlea, syaraf
pendengaran atau sistim pendengaran pusat (sering disebut tuli syaraf).
Gangguan dengan tipe ini bisa disebabkan oleh berbagai hal namun kebanyakan
disebabkan oleh kerusakan pada sel rambut didalam cochlea akibat penuaan, atau
rusak akibat suara yang terlalu keras. 90% gangguan pendengaran adalah tipe
Sensorineural hearing loss & jarang yang bisa diatasi secara medis, namun
seringkali alat bantu dengar dapat membantu.
3.
Mixed
Hearing Loss (gangguan pendengaran campuran), dimana kondisi
gangguan pendengarannya ada unsur konduktif & sensorineural. Banyak orang
dengan gangguan pendengaran jenis ini dapat terbantu bila memakai alat bantu
dengar.
Berdasarkan kemampuan telinga
menangkap bunyi, gangguan pendengaran dikelompokkan menjadi :
1.
Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB)
2.
Gangguan pendengaran ringan(41-55dB).
3.
Gangguan pendengaran sedang(56-70dB).
4.
Gangguan pendengaran berat(71-90dB).
5.
Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB
Pada klien
dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan
ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang di keluarkan
orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi
visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan
komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra
visualnya.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien gangguan pendengaran :
1.
Periksa adanya bantuan pendengaran dan kaca mata
2.
Kurangi kebisingan
3.
Dapatkan perhatian klien sebelum memulai pembicaraan
4.
Berhadapan dengan klien dimana ia dapat melihat mulut
anda
5.
Jangan mengunyah permen karet
6.
Bicara pada
volume suara normal - jangan teriak
7.
Susun ulang
kalimat anda jika klien salah mengerti
8.
Sediakan
penerjemah bahasa isyarat jika diindiksikan
Berikut
adalah tehnik-tehnik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan pendengaran :
1.
Orientasikan kehadiran diri anda dengan cara menyentuh
klien atau memposisikan diri di depan klien.
2.
Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan
bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda.
3.
Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien
dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim.
4.
Tunggu
sampai Anda secara langsung di depan orang, Anda memiliki perhatian individu
tersebut dan Anda cukup dekat dengan orang sebelum Anda mulai berbicara.
5.
Pastikan bahwa individu melihat Anda pendekatan, jika
kehadiran Anda mungkin terkejut orang tersebut.
6.
Wajah-keras mendengar orang-langsung dan berada di
level yang sama dengan dia sebisa mungkin.
7.
Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang
mengunyah sesuatu misalnya makanan atau permen karet.
8.
Jika Anda makan, mengunyah atau merokok sambil
berbicara, pidato Anda akan lebih sulit untuk mengerti.
9.
Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan
gerakan sederhana dan perlahan.
10.
Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa
dan diperlukan.
11.
Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan,
cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).
12.
Jika orang yang memakai alat bantu dengar dan masih
memiliki kesulitan mendengar, periksa untuk melihat apakah alat bantu dengar di
telinga orang. Juga periksa untuk melihat bahwa dihidupkan, disesuaikan dan
memiliki baterai bekerja. Jika hal-hal ini baik dan orang yang masih memiliki
kesulitan mendengar, mencari tahu kapan dia terakhir memiliki evaluasi
pendengaran.
13.
Jauhkan tangan Anda dari wajah Anda saat berbicara.
14.
Mengakui bahwa hard-of-mendengar orang mendengar dan
memahami kurang baik ketika mereka lelah atau sakit.
15.
Mengurangi atau menghilangkan kebisingan latar belakang
sebanyak mungkin ketika melakukan pembicaraan.
16.
Bicaralah dengan cara yang normal tanpa berteriak.
Melihat bahwa lampu tidak bersinar di mata orang tuna rungu.
17.
Jika seseorang telah memahami sesuatu kesulitan,
menemukan cara yang berbeda untuk mengatakan hal yang sama, bukan mengulangi
kata-kata asli berulang.
18.
Gunakan sederhana, kalimat singkat untuk membuat
percakapan anda lebih mudah untuk mengerti.
19.
Menulis pesan jika perlu. Biarkan waktu yang cukup
untuk berkomunikasi dengan orang gangguan pendengaran. Berada di terburu-buru
akan membawa stres semua orang dan menciptakan hambatan untuk memiliki
percakapan yang berarti.
2.4 Contoh Komunikasi Teraupetik Dengan Klien Gangguan
Pendengaran
a.
Pra-Interaksi
“ Di Rumah sakit X di kamar Y terdapat seorang pasien yang bernama
Wahyudin umur 13 tahun dimana ia sekarang sedang duduk di bangku kelas 2
SMP, ia menderita penyakit gangguan pendengaran sejak kecil (tuna rungu), di
rumah sakit tersebut ia ditemani oleh ayahnya yang bernama Irawan, dimana wahyudin
tersebut sedang menjalani perawatan dengan penyakit dehidrasi, disana dia
dirawat oleh suster liska “.
b.
Fase Orientasi
Nama
|
Komunikasi Verbal
|
Komunikasi Nonverbal
|
Perawat
|
Assalamualaikum
pak, selamat pagi
|
tersenyum
|
Orang tua
|
Waalaikumsalam,
pagi juga
|
|
Perawat
|
Pak nama
saya suster liska, disini saya akan membantu anak bapak selama dirawat,
|
|
Orang tua
|
Iya suster
silahkan
|
|
Perawat
|
Bagaimana
keadaan anak bapak hari ini?
|
|
Orang tua
|
Sudah agak
mendingan suster, panasnya sudah turun
|
|
Perawat
|
wah ada perkembangan
ya pak,
|
|
Orang tua
|
Iya
suster.
|
|
“Suster langsung mendekati
wahyudin ”
|
||
Perawat
|
Selamat
pagi,
|
Sambil
menyentuh pasien
|
Pasien
|
Kebingungan
tidak tahu apa yang dikatakan perawat
|
|
Perawat
|
De
Wahyudin, nama saya suster liska
|
Melakukan
kontak mata dan berbicara dengan gerakan bibir pelan
|
Pasien
|
Masih
kebingungan
|
|
Perawat
|
Saya
suster liska
|
Sambil
menunjuk diri sendiri dan menunjukan papan nama
|
Pasien
|
Suster
liska,
|
Sambil
tersenyum
|
Perawat
|
Iya saya
suster liska
|
Dengan
gerakan bibir pelan
|
Pasien
|
Maaf ya
suster, saya gak bisa dengar
|
Tersenyum
|
Perawat
|
Iya tidak
apa-apa de,
|
Mengangguk
sambil tersenyum
|
Pasien
|
Hanya
tersenyum
|
c.
Fase Kerja
Nama
|
Komunikasi Verbal
|
Komunikasi Nonverbal
|
Perawat
|
De, udah
minum berapa gelas hari ini ?
|
Bicara dengan
bibir pelan dan Mengambil, menunjukan gelas
|
Pasien
|
Udah
suster
|
|
Perawat
|
Berapa de
?
|
Simbil
menunjujkan, 1 jari, 2 jari, 3 jari
|
Pasien
|
Satu
|
Pasien
menunjukan 1 jari
|
Perawat
|
Bagus
|
Memberikan
jempol
|
Pasien
|
Tersenyum
|
|
Perawat
|
Nanti
minum lagi ya
|
Sambil
mempraktekan minum
|
Pasien
|
Mengangguk
|
|
perawat
|
Tersenyum
sambil memberikan jempol
|
|
Udah makan
juga?
|
sambil
mengerakan tangan ke mulut (seperti menyuap)
|
|
Pasien
|
Udah, pake
bubur
|
Mengguk
,tersenyum
|
Perawat
|
Memberikan
jempol lagi
|
|
Biar cepet
sembuh ya
|
Mengagkat
lengan, (seperti menunjukan kekuatan)
|
|
Pasien
|
Iya suster
|
Tersenyum
|
d.
Fase Terminasi
Nama
|
Komunikasi Verbal
|
Komunikasi Nonverbal
|
Perawat
|
De, suster
tinggal dulu ya
|
Menyentuh
pasien, menunjuk diri, kemudian menunjuk pintu
|
Pasien
|
Iya suster
|
Sedih
|
Perawat
|
Jangan
sedih
|
Menyentuh
pasien, menatap mata, Meninjukan senyum lebar
|
Nanti
suster kesini lagi
|
Mmenunjuk
diri sendiri, dan ke bawah
|
|
Pasien
|
Bener ya
suster
|
Senang
|
Perawat
|
Iya,
|
Tersenyum
sambil mengaguk
|
Perawat
|
Suster
boleh pergi
|
Sambil
menunjuk pintu
|
Pasien
|
Mengangguk
tersenyum
|
|
“Kemudian perawat menghampiri
orang tua pasien”
|
||
Perawat
|
Bapak,
saya permisi dulu ya, kalau ada apa-apa, panggil saya atau perawat yang lain
ya pak
|
|
Orang tua
|
Iya suster
pasti
|
|
Perawat
|
Ya sudah,
saya permisi dulu ya pak,Assalamualaikum..
|
Tersenyum
|
Orang tua
|
Iya
suster, waalaikumsalam….
|
tersenyum
|
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman perbaikan emosi bagi
klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik dan memakai
beberapa tehnik komunikasi agar perilaku klien berubah kearah yang positif
seoptimal mungkin.
Gangguan
pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga tuli. Bentuk tuli
yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tuli konduktif. Tuli
perspektif adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf, sedangkan
tuli konduktif terjadi akibat kerusakan struktur panghantar rangsang suara.
Gangguan
pendengaran dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu Conductive hearing Loss,
Sensorineural hearing loss dan Mixed Hearing Loss.
Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering
digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang
dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya.
Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan
komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra
visualnya.
Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik ia harus menganalisa
dirinya : kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan, kemampuan sebagai rool
model. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat verbal atau non
verbal hendaknya bertujuan terapeutik untuk klien.
1.2 Saran
Perawat harus bisa menghadapi klien
dengan gangguan penglihatan agar terjadi hubungan terapeutik dengan klien.
Walaupun pasien tidak dapat mendengar , perawat harus merawat klien dengan baik
dan perawat tidak boleh menyepelekan klien tersebut dan mendahulukan kebutuhan
klien lain yang tidak mengalami gangguan persepsi sensori, khususnya gangguan
pendengaran.